Apa Itu Malassezia Pada Anjing?

Penulis : Cinta Sabrina Pratiwi

 
(Sumber: https://www.buddydoc.io/ogp/2304/malassezia-dermatitis-in-dogs-symptom-buddydoc.jpg)

        Anjing merupakan hewan domestikasi yang keberadaannya sangat dekat dengan manusia. Anjing dipelihara dengan berbagai tujuan diantaranya untuk penjagaan rumah, hewan kesayangan dan sebagai anjing pelacak di kepolisian. Manajemen kesehatan anjing merupakan salah satu bagian dari manaejemen pemeliharaan yang harus diperhatikan oleh pemilik. Terdapat beragam penyakit yang dapat menyerang anjing baik penyakit infeksius ataupun non infeksius. Masalah kesehatan anjing yang paling umum adalah gangguan kulit. Gangguan kulit dapat menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) yang ditandai dengan kegatalan, kerontokan rambut, luka borok dan kemerahan pada kulit (Widyanti et al., 2018). Gangguan kulit pada anjing dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi bakteri, jamur dan parasit (Luwis et al., 2022)

(Sumber: https://www.veterinary-practice.com/wp-content/uploads/2019/02/Dermatology-fig2.jpg)

        Infeksi jamur dapat menyebabkan dermatitis, salah satunya Malassezia. Malassezia adalah jamur yang normal dan umum ditemukan pada lapisan kulit mamalia. Jamur ini adalah jamur lisofilik yang membentuk koloni di dalam stratum korneum kulit (Seetha et al., 2018). Malassezia spp. termasuk salah satu flora normal kulit, jamur ini dapat tumbuh subur dan menjadi patogen apabila terjadi gangguan keseimbangan antara hospes dan jamur (Indrawati, 2006). Perubahan dari flora normal ini menjadi patogen disebabkan adanya perubahan keadaan dan kondisi tertentu. Beberapa kondisi seperti kebersihan dan faktor lingkungan yang berperan pada patogenesis. Kekebalan imun tubuh yang rendah merupakan predisposisi penularan infeksi yang mudah antara hewan ke manusia (Sudipa et al., 2021).

        Dermatitis yang disebabkan Malassezia dapat menyerang berbagai ras anjing dengan faktor predisposisi umur, jenis kelamin, dan ras. Beberapa jenis ras anjing yang sangat rentan terhadap M. pachydermatis adalah Basset Hounds, Cocker Spaniel, Dachshund, English Setters, German Shepherd, West Highland White Terriers, Springer Spaniels, dan Chinese Shar Peis (Naveen et al., 2011)


GEJALA KLINIS

 
(Sumber: https://www.theskinvet.net/wp-content/uploads/Severe-Secondary-Malassezia-Overgrowth-Chest-Fore-Paw-Canine-Atopic-Dermatitis-Cairn-Terrier.jpg)

        Gejala klinis infeksi malassezia spp. pada anjing ditandai dengan adanya pruritus yang hebat disertai dengan eritema, dan terbentuk keropeng, kulit yang berminyak, berbau dengan hiperpigmentasi dan likenifikasi (Adiyati dan Pribadi, 2014). Gejala klinis yang umum akibat infeksi Malassezia spp. ditandai dengan adanya pruritus hebat, eritema, lesi berwarna kuning dan terbentuk keropeng. Umumnya, anjing yang terinfeksi memiliki kulit yang berminyak, berbau dengan hiperpigmentasi dan lichenifikasi (penebalan kulit) (Patterson dan Frank, 2002; Adiyati dan Pribadi, 2014). Predileksi jamur Malassezia spp. biasanya pada area telinga, vagina, inguinal, leher, abdomen, kepala, ekstremitas dan area dorsal (Sudipa et al., 2021).

        Gejala klinis infeksi malassezia pada anjing ditandai dengan adanya pruritus yang hebat disertai dengan eritema, area yang berwarna kuning, dan terbentuk keropeng. Umumnya, anjing yang terinfeksi memiliki kulit yang berminyak, berbau dengan hiperpigmentasi dan lichenifikasi (penebalan dan pengerasan pada kulit). Daerah infeksi biasanya melibatkan daerah wajah, cakar, leher bagian bawah (ventral), dan perut (Matousek dan Campbell, 2002; Patterson dan Frank, 2002).


PENGOBATAN

        Pengobatan dermatitis yang disebabkab oleh infeksi malassezia dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Perawatan antifungal umumnya berhasil digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan jamur yang berlebihan (Peano et al., 2020). Pengobatan secara sistemik dengan menggunakan antifungal seperti Itraconazole (Pinchbeck et al., 2002).

        Pilihan pengobatan topikal menggunakan shampoo Sebazole. Terapi shampo sebazole efektif karena tindakan mekanis selama mandi yang membantu mengurangi kerak dan eksudasi berminyak (Bajwa, 2017). Berdasarkan hal tersebut anjing kasus juga dimandikan dengan shampoo sebazole yang bertujuan untuk mempercepat proses kesembuhan dan membantu merawat kulit serta rambut anjing yang terinfeksi oleh jamur. Sebazole mengandung sulfur dan sodium salisilat yang berfungsi sebagai keratoplastik dan keratolitik. Selain itu, sebazole juga memiliki manfaat antibakteri dan antipruritus. Sulfur mempunyai sifat mudah mengalami sublimasi. Ketika menyublim sulfur akan berikatan dengan ion hidrogen dan membentuk hidrogen sulfida (Zumdahl, 2009).


Referensi :

Adiyati, P. N, dan Pribadi, E. S. (2014). Malassezia spp dan peranannya sebagai penyebab dermatitis pada hewan peliharaan. Jurnal Veteriner, 15(4): 570-581.

Bajwa, J. (2017). Canine malassezia dermatitis. The Canadian Veterinary Journal. 58(10): 1119.

Luwis, J. C., Suartha, I. N. dan Sudimartini, L. M. (2022). Kadar albumin anjing penderita dermatitis setelah pemberian madu trigona. Indoneisa Medicus Veterinus, 11(2): 226-233.

Matousek, J. L. dan Campbell, K. L. (2002). malassezia dermatitis. Compendium on Continuing Education for the Practicing Veterinarian, 24(3): 224-232.

Naveen, B. R., Kumar, A., Prabhu, N. K. dan Azeemulla, H. R. (2011). Malassezia pachydermatis in dogs. Ind Pet J.

Patterson, A. dan Frank, U. (2002). How to diagnose and treat malassezia dermatitis in dogs. Veterinary Medicine. 97(8): 612-622.

Peano, A., Johnson, E., Chiavassa, E., Tizzani, P., Guillot, J. dan Pasquetti, M. (2020). resistensi antijamur mengenai malassezia pachydermatis: di mana kita sekarang?. Jurnal Fungi, 6 (2): 93. 

Pinchbeck, L. R., Hillier, A., Kowalski, J. J. dan Kwochka, K. W. (2002). Comparis on of pulse administration versus once daily administration of itraconazole for the treatment of Malassezia pachydermatis dermatitis and otitis in dogs. J. Am. Vet. Med. Assoc, 220: 1807-1812.

Seetha. U., Kumar. S, Pillai, R. M., Srinivas, M. V., Antony, P. X. dan Mukhopadhyay, H. K. (2018). Malassezia species associated with dermatitis in dogs and their antifungal susceptibility. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci, 7(6): 1994-2007.

Sudipa, P. H., Gelgel, K. T. P. dan Jayanti, P. D. (2021). Malassezia sp. Infection prevalence in dermatitis dogs in badung area. Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences, 5(2): 45-49.

Widyanti, A. I., Suartha, I. N., Erawan, I. G. M. K., Anggreni, L. D. dan Sudimartini, L.M. (2018). Hemogram anjing penderita dermatitis kompleks. Indonesia Medicus Veterinus, 7(5): 576-587.

Zumdahl, S. S. (2009). Chemical Principles. USA: Books By the Pound 


Post a Comment

0 Comments