Terapi Tempe untuk Kucing Diare, Benarkah?

by: Jacyntha Orinetha

Saat ini sedang ramai pembicaraan mengenai pemberian tempe sebagai salah satu alternatif terapi untuk pengobatan diare pada kucing. Namun, apakah sebenarnya pemberian tempe kepada kucing itu ideal?

Tempe merupakan makanan manusia hasil fermentasi kedelai oleh jamur Rizhopus oligosporus pada suhu 29-32oC dan pH 4-7. Tempe mengandung sejumlah mikroflora yang dapat mempengaruhi rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi [1], bakteri asam laktat yang membantu fermentasi laktat dan dapat menurunkan level patogenik mikroorganisme pada tempe [2], serta bakteri penghasil vitamin B12, yang umumnya terdapat pada produk hewani dan tidak dijumpai pada produk nabati kecuali tempe. Selain itu, tempe juga mengandung vitamin B1, B2, B6, asam pantotenat, dan asam nikotinat [1,3]. 


Gambar 1. Tempe (sumber: pixabay.com/mochawalk)

Tempe memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, antara lain protein 39% sehingga berdampak pula pada kandungan asam amino yang tinggi [1] dan terdapat kandungan zat antioksidan isoflavone yang menghambat penyerapan kalsium pada tulang serta menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas [1,2,3]. Tempe juga mengandung lemak bebas kolesterol 17-20%, karbohidrat sebesar 18%, serta mineral seperti besi, tembaga, zink, serta fosfor dan inositol [3]. Proses fermentasi yang dialami tempe juga membantu menurunkan kandungan antinutrisi yang terkandung dalam tempe sehingga kualitas nutrisi dan digestibilitas produk meningkat [2].


Tabel 1. Komposisi Zat Gizi pada Tempe (BSN, 2012)

Tempe seringkali dijadikan sumber pakan alternatif untuk manusia yang mengalami gangguan pencernaan [1]. Ketika kedelai mengalami fermentasi menjadi tempe, struktur kedelai mengalami degradasi enzimatik, sehingga menghasilkan komponen-komponen yang mudah larut dan berbentuk unit yang lebih kecil sehingga tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Karena lebih mudah dicerna, kemampuan penyerapan dan pencernaan protein meningkat, sehingga mempercepat penyembuhan gangguan yang terjadi pada pencernaan. Kandungan tempe seperti peptida dan asam amino bebas juga dapat membantu pertumbuhan pada usus, proliferasi sel, serta memperkuat fungsi barrier pada sistem pencernaan. Selain itu, hasil penelitian lain menunjukkan bahwa tempe mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dalam kasus penyakit enterotoksigenik pada membran usus anak babi dan kelinci [2]. 

Berbeda dengan manusia, kucing merupakan karnivora sejati dengan anatomi serta fisiologi pencernaan yang jauh lebih pendek dan sederhana jika dibandingkan dengan herbivora maupun omnivora [4]. Karena pendeknya sistem pencernaan, lebih efektif bagi karnivora untuk mencerna pakan hewani daripada pakan nabati yang sebagian besar memerlukan fermentasi tambahan di dalam usus (kecuali untuk beberapa sumber nabati yang memang bisa dicerna secara cepat oleh hewan). Kandungan protein hewani juga diketahui lebih lengkap untuk tubuh kucing daripada protein nabati [5]. 


Gambar 2. Komparasi sistem pencernaan hewan. (Stevens, 2019)

Selain itu, kandungan isoflavone pada tempe yang baik untuk manusia, ternyata memiliki dampak kurang baik pada hewan. Isoflavone pada kucing diketahui dapat menghambat enzim tiroid peroxidase yang seharusnya mengubah tiroksin (T4) menjadi triodotironin (T3), sehingga menyebabkan adanya efek goitrogenik dan dapat menyebabkan gangguan perkembangan abnormal dan nodul pada tiroid serta hipertiroidisme [6].

Tempe juga mengandung komponen antinutrisi seperti antigen kedelai (menyebabkan inflamasi, merusak permukaan usus, dan menurunkan kemampuan absorbsi nutrien), aktivitas tripsin inhibitor (menghambat aktivitas tripsin dan menurunkan kemampuan mencerna protein), oligosakarida (merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh hewan menjadi energi sehingga menyebabkan rasa kembung), dan lektin (menyebabkan penggumpalan darah, kerusakan usus, dan penurunan kemampuan penyerapan makanan) [7]. Tidak menutup kemungkinan pemberian tempe kepada kucing justru dapat memperparah diare karena adanya komponen antinutrisi tersebut.


Gambar 3. Kucing tidur (sumber: unsplash.com/Daniel-Bernard)

Sampai saat ini belum ada penelitian yang benar-benar membahas mengenai pemberian tempe kepada kucing yang diare. Meskipun menurut Golder, et al. (2020) kucing memiliki kemampuan cerna yang kurang lebih sama antara protein nabati dan protein hewani [8] serta kandungan nutrisi dari tempe yang tinggi, pemberian tempe saja sebagai pakan utama tidak akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi kucing tersebut. Selain itu, jika dibandingkan dengan efek lain yang mungkin menyerang, sebaiknya tetap tidak memberikan tempe kepada kucing yang diare dan disarankan untuk memberikan pakan yang sudah diformulasikan khusus untuk kondisi tersebut, karena sudah melalui penelitian dan sudah terbukti efektivitasnya. Selanjutnya, apabila kucing Anda mengalami diare sebaiknya segera bawa ke dokter hewan untuk mendapatkan penanganan terbaik. #AyokeDokterHewan




Referensi

[1] Tahir, A.; Anwar, M.; Mubeen, H.; Raza, S. 2018. Evaluation of Physicochemical and Nutritional Contents in Soybean Fermented Food Tempeh by Rhizopus oligosporus. Journal of Advances in Biology & Biotechnology, 17(1): 1-9

[2] Nout, M.J.R and Kiers, J.L. 2005. Tempe Fermentation, Innovation and Functionality: Update into the Third Millenium. Applied Microbiology, 98: 789-805

[3] BSN. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. 

[4] Stevens, C.E. 2019. Digestive System. Access Science Articles, accessed September 9th, 2020. https://www.accessscience.com/content/digestive-system/194600

[5] Veterinary Practice. 2014. The Importance of Vegetable Protein, accessed September 24th, 2020. https://veterinary-practice.com/article/the-importance-of-vegetable-protein

[6] Redmon, J.M.; Shrestha, B.; Cerundolo, R.; Court, M.H. 2016. Soy Isoflavone Metabolism in Cats Compared with Other Species: Urinary Metabolite Concentrations and Glucuronidation by Liver Microsomes. Xenobiotica, 46(5): 406-415

[7] Hill, D.A and Dersjant-Li, Y. 2007. Why Soy? The Use of Soy Protein in Petfoods. PetFoodIndustry.com, accessed September 9th, 2020. https://www.petfoodindustry.com/articles/660-why-soy

[8] Golder, C.; Weemhoff, J.L.; Jewell, D.E. 2020. Cats Have Increased Protein Digestibility as Compared to Dogs and Improve Their Ability to Absorb Protein as Dietary Protein Intake Shifts from Animal to Plant Sources. Animals, 10(541):1-11

Post a Comment

0 Comments