By : Arfin Wiratama
Gambar 1. Tabung Vaksin (unsplash.com)
Pada hakikatnya agen penyakit dapat menyerang kapan saja tanpa mengenal waktu dan tempat, tidak jarang membuat Pet Mates kewalahan dalam proses penyembuhannya. Sedia payung sebelum hujan merupakan istilah pepatah yang tepat untuk menggambarkan vaksinasi sebagai pencegahan sebelum kuman menyerang. Tindakan pencegahan bukan hanya dapat meningkatkan kualitas hidup anabul tetapi juga dapat menghemat pengeluaran Pet Mates, lho!
Kehadiran vaksinasi menjadi tindakan fundamental demi mencegah anabul kecil dari serangan agen penyakit. Tindakan vaksinasi ini telah didukung oleh WSAVA (World Small Animal Veterinary Association) yang memberikan penyuluhan serta pedoman vaksinasi kepada 175.000 dokter hewan di 86 negara anggota.
Perlu Pet Mates ketahui bahwa waktu-waktu awal dari kehidupan merupakan waktu kritis dimana agen penyakit mudah menyerang suatu individu. Konsep kehadiran dari vaksin bekerja dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh tanpa menyebabkan penyakit bagi individu yang menerimanya. Sebelum melakukan vaksinasi alangkah baiknya Pet Mates mengetahui beberapa catatan penting terkait vaksin agar pencegahan penyakit dapat maksimal, Yuk simak dengan seksama!
Tabel 1. Ragam Jenis Vaksin (Day, 2017)
Menurut beberapa penelitian mengenai jenis vaksin terhadap kucing, sejatinya terdapat dua golongan yaitu vaksin inti (core) dan vaksin non-inti (non-core). Vaksin inti terdiri dari vaksin terhadap penyakit Feline Parvovirus (Panleukopenia), Rabies, Herpesvirus (Rhinotracheitis) dan Calicivirus. Vaksin non-inti terdiri dari Feline Leukaemia Virus, Chlamydia felis, Bordetella, dan Feline Immunodeficiency Virus. Penting untuk Pet mates ketahui bahwa pada umumnya dokter hewan akan memberikan vaksin non-inti dengan menyesuaikan frekuensi kejadian penyakit yang terdapat di daerah sekitar rumah tinggal kalian.
Sediaan vaksin yang populer di klinik maupun rumah sakit hewan Indonesia adalah vaksin trivalen yang telah mencakup tiga komponen agen dari vaksin inti yaitu Feline Parvovirus (Panleukopenia), Herpesvirus (Rhinotracheitis), dan Feline Calicivirus. Selain itu, terdapat pula vaksin kuadrivalen yang telah dikembangkan dengan tambahan Chlamydia felis untuk mencegah penyakit chlamydiosis pada kucing.
Tabel 2. Ragam Jenis Vaksin (pdhbvet.com)
Pada tabel yang telah disediakan merupakan rekomendasi salah satu dokter praktisi klinik di Indonesia.Berdasarkan rujukan dari WSAVA Guidelines for Puppies & Kittens 2017, anak kucing direkomendasikan pemberian vaksin inti (core) pertama pada usia 8-9 minggu. Kemudian, pemberian vaksin kedua dilakukan pada usia 12-13 minggu dan vaksin terakhir dapat diberikan jika kucing sudah berusia 16 minggu atau lebih. Sebagai pengecualian untuk vaksin rabies dapat diberikan pada usia kucing minimal 4 bulan atau 20 minggu.
Sebelum dilakukannya vaksinasi, dokter hewan biasanya akan memeriksa kondisi kucing kalian apakah sudah layak mendapatkan vaksin atau belum. Pet mates tidak perlu kecewa jika dokter mengajurkan untuk menunda vaksin hingga kucing dinyatakan sudah layak. Beberapa syarat umum kucing dapat dinyatakan layak mendapatkan vaksin meliputi kecukupan usia, status kesehatan, dan status kebuntingan.
Penting diketahui bahwa kucing harus dalam kondisi prima jika ingin divaksinasi. Kondisi prima yang dimaksud adalah bebas dari agen penyakit dan imunitas tubuh yang optimal. Apabila kucing menerima vaksin dalam kondisi yang tidak prima dikhawatirkan kucing tersebut akan mendapatkan efek samping berlebih berupa beberapa gejala flu seperti hal nya pilek dan demam.
Setelah kucing divaksinasi, dokter hewan akan memberikan beragam suplemen untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. Selain dukungan suplemen, Pet Mates perlu menjaga kesehatan kucing kalian agar terhindar dari agen penyakit seiring dengan pembentukan kekebalan tubuh. Upayakan agar kucing kalian makan dengan teratur, tetap berada dalam rumah, dan hindarilah memandikan kucing minimal seminggu setelah vaksin.
Yuk! Tunggu apalagi Pet Mates, segera vaksinasi kucing kalian demi kesehatan jangka panjang. Secara tidak langsung kalian sudah memperpanjang kemungkinan hidup kucing kalian. Coba bayangkan jika kalian memiliki waktu yang lebih panjang bersama dengan kucing kesayangan. Tentu saja menjadi impian kita semua bukan?!
Referensi:
[1] Quinn P. J., Markey B. K., Leonard F. C., Hartigan P., Fanning S., & Fitzpatrick E. (2011). United Kingdom (UK): Veterinary microbiology and microbial disease. John Wiley & Sons.
[2] Day, Michael J. (2017). Small animal vaccination: a practical guide for vets in the UK. In Practice; 39(3): 110–118.
[3] Day M., Horzinek M., Schultz R. & Squires R., 2016. WSAVA Guidelines for the vaccination of dogs and cats. Journal of Small Animal Practice; 57(1).
[4] Scherk M. A., Ford R. B., Gaskell R. M., Hartmann K., Hurley K. F., Lappin M. R., & Sparkes, A. H. (2013). AAFP feline vaccination advisory panel report. Journal of feline medicine and surgery; 15(9): 785-808.
[5] Ford R. B., Larson L. J., McClure K. D., Schultz R. D., & Welborn L. V. (2017). AAHA canine vaccination guidelines. Journal of the American Animal Hospital Association; 53(5): 243-251.
[6] Sajuthi, C.K. (2015).Vaksinasi . https://pdhbvet.com/vaksinasi/vaksin2/. Diakses tanggal 5 Agustus 2022.
0 Comments